Cara Mengubah Nama Workgroup Di windows 7 Bagi anda yang ingin membuat suatu jaringan group atau dalam sharing data mungkin workgroup ini harus memiliki karakter yang sama antara komputer satu dengan komputer lainya ,workgroup ini sangat berguna bagi yang ingin membuat suatu jaringan local area oleh karena itu ada beberapa cara atau tutorial untuk mengubah workgroup ini .Di bawah ini merupakan tutorial atau cara merubah workgroup di windows 7 .
1.Pertama Kita Masuk ke My Computer (Yang berisi Data C: , D: , E;) 2.Klik Kanan =>Properties
Setelah itu kita akan di arahka ke Control panel Hoem lalu kita arahkan ke Advanced Systen Sharing lalu dari advanced kita arahkan ke Computer name sevagai berikut:
Jika sudah seperti itu lalu kita arahkan ke Button Box "Change" lalu di sana anda bisa setting Computer name dan juga Workgroup anda di sini.
Nah itulah Tutorial cukup sekian dari saya wassalam
Kelebihan topologi hybrid Kecenderungannya stabil. Ini karena kombinasi dua tipe yang berbeda atau topologi jaringan yang berbeda mampu saling melengkapi keunggulan sehingga kekurabgan dalam satu jenis jaringan tercakup dalam jenis jaringan lainnya;
a. Pemulihan Kinerja. Karena topologi hybrid ini dibangun sedemikian rupa dari berbagai node yang ada, jika ada masalah pada 1 node, maka tidak akan mengganggu node atau jaringan lain dan tidak akan menyebabkan gangguan yang signifikan secara keseluruhan;
b. Bisa bekerja dengan stabil pada trafik yang tinggi
Ini karena mengingat topologi hybrid kinerja jaringan yang diberikan telah memberikan solusi yang cukup andal, baik dari sisi subnetting, pengalamatan jaringan, penelusuran paket data, dan lain-lain. Mengaktifkan jaringan yang dibangun di atas infrastruktur hybrid ini untuk bekerja dengan kinerja tinggi;
Perluasan jaringan bisa dilakukan dengan mudah seperti penambahan perangkat keras jaringan komputer. Ini karena jaringan dibangun di atas topologi hybrid untuk memfasilitasi penyesuaian jaringan yang ada;
c. Terbuka untuk banyak topologi Jaringan hybrid memudahkan penggabungan jaringan dengan tipe yang berbeda, baik dengan topologi bus, star, mesh, atau ring;
d. Kemudahan penggunaan Untuk administrator jaringan yang handal yang sudah memiliki cukup pengalaman dan pengetahuan. Dengan berbagai fasilitas yang ditawarkan untuk membuat jaringan hybrid ini lebih mudah digunakan dan mudah disesuikan penggunaannya untuk berbagai keperluan yang dibutuhkan.
Fleksibilitas tinggi Topologi hybrid ini dirancang sedemikian rupa untuk memudahkan penyesuaian berbagai persyaratan yang diinginkan oleh administrator jaringan, dalam hal media transmisi yang digunakan, jenis simpul yang diinginkan, skema jaringan yang diharapkan, dan lingkungan jaringan yang digunakan;
f. Kemudahan dalam Mengatasi Masalah Dengan adanya topologi hybrid yang dibangun di atas dua atau lebih jaringan dari berbagai jenis, kita dapat dengan mudah mengidentifikasi jaringan dan titik mana atau nodus yang terjadi. Ini berarti bahwa topologi hybrid memberi Anda kemudahan troubleshooting jaringan jika ada masalah dengan jaringan baik pada performa, link atau serangan jaringan yang terjadi;
g. Miliki masalah toleransi yang lebih baik Jaringan hybrid ini diakui untuk memberikan toleransi yang lebih baik daripada jaringan dengan topologi tunggal seperti bintang, bus, atau mesh. Jadi jika ada masalah pada jaringan, maka jaringan dengan topologi hybrid lebih mampu menahan lalu lintas dan performa jaringan dari bawah;
h. Kecepatan tetap Jaringan hybrid ini diakui untuk memberikan kinerja dan fungsi bandwidth yang stabil, sehingga menciptakan lingkungan jaringan dengan kecepatan dan bandwidth yang andal dalam berbagai situasi dan keadaan.
5. Kekurangan jaringan hybrid Pengelolaan jaringan cukup rumit bagi mereka yang tidak terbiasa mengelola jaringan dengan kompeksitas yang cukup tinggi. Hal ini dimungkinkan karena jaringan ini menggunakan arsitektur campuran dari 2 atau lebih jenis topologi sehingga proses pertukaran data terjadi serentak;
Untuk memasang dan mengkonfigurasi inisial jaringan cukup memakan waktu dan biayanya tidak sedikit, dibutuhkan usaha ekstra dan berpikir mengingat membangun jaringan hybrid tidak semudah membangun jaringan dengan topologi tunggal, karena harus menghubungkan dua perbedaan. arsitektur jaringan, properti, dan koneksi media;
Biaya pemasangan dan pemeliharaan jaringan cukup tinggi, kebutuhan akan media transmisi berkualitas baik harus diperhatikan dalam jenis jaringan ini.
Selanjutnya, diperlukan administrator jaringan yang handal di jaringan ini untuk secara rutin menjaga kondisi topologi jaringan hybrid yang telah dirancang dan dibangun;
Membutuhkan lebih banyak Jenis kabel jaringan dan media transmisi Jaringan topologi hibrid ini membutuhkan penggunaan lebih banyak media kabel dan berbagai media transmisi, karena bukan penggunaan topologi tunggal namun topologi dari beberapa jenis, sehingga penggunaan media transmisi harus disesuaikan terlebih dahulu dengan masing-masing topologi jaringan;
Manajemen biasa Jaringan ini membutuhkan administrator jaringan untuk dapat melakukan pemeliharaan rutin terhadap kondisi media transmisi jaringan yang ada, baik perangkat lunak maupun perangkat keras. Hal ini dilakukan dalam menjaga kualitas dan daya tahan jaringan ini sendiri;
Membutuhkan ruang dan alokasi ruangan tidak kecil; Dengan adanya jaringan hybrid ini menggabungkan dua topologi atau topologi yang berbeda, dan juga kebutuhan akan media kabel dan transmisi yang banyak, kebutuhan akan ruang dan alokasi ruang yang baik juga diharapkan pada jaringan hybrid ini, sehingga nantinya mempermudah proses manajemen ke depan. Pembuatan tata letak jaringan yang bagus dan bagus sangat diinginkan agar bisa mendapatkan hasil yang maksimal;
Dibutuhkan lebih banyak waktu untuk memastikan bahwa media transmisi atau jembatan yang digunakan bekerja dengan benar dan memastikan bahwa tidak ada satupun node yang gagal mendapatkan tautan selama proses instalasi jaringan;
Desain desainnya tidak mudah Mengingat jaringan ini dibangun pada kompleksitas yang tinggi, maka perancangan jaringan dengan topologi memerlukan disain desain yang cukup kompleks dan matang. Ini akan menjadi pekerjaan mudah bagi perancang jaringan. Di sini, desain desain jaringan yang ada diharapkan bisa membuat proses konfigurasi dan instalasi mudah dan efisien;
Media hub sangat mahal Fungsi hub dalam jaringan itu sendiri pada dasarnya sama dengan switch. Perlu dipahami bahwa hub media transmisi yang digunakan dalam topologi hybrid untuk menghubungkan jaringan ini tidak sama dengan hub pada topologi pada umumnya, dan memiliki biaya yang bisa dibilang mahal harganya.
Kelebihan dan Kekurangan Topologi Mesh (Jala)
1. Kelebihan/Keuntungan Topologi Mesh (Jala)
Keamanan yang dapat dikatakan baik
Besar bandwith yang cukup lebar
Tidak perlu khawatir mengenai tabrakan data
Pengiriman dan pemrosesan data yang terbilang cepat
2. Kekurangan/Kelemahan Topologi Mesh (Jala)
Biaya pemasangan yang besar
Biaya yang cukup mahal karena menggunakan banyak kabel dan port
Instalasi dan konfigurasi yang rumit dan sulit
Kelebihan dan Kekurangan Topologi Tree (Pohon)
Kelebihan/Keuntungan Topologi Tree. Mudah mengembangkan menjadi jaringan luas. Mudahnya mendeteksi kerusakan atau kesalaahan. Manajemen data yang baik. ...
Kekurangan/Kelemahan Topologi Tree. Kinerja yang lambat. Hub menjadi peran penting. Menggunakan biaya yang banyak karena menggunakan banyak kabel dan hub.
Pendistribusian akses jaringan menggunakan teknologi nirkabel/wireless saat ini semakin menjadi pilihan. Cakupan area, kemudahan serta sifat flexible pada wireless menjadi alasan admin jaringan menggunakan nya. Untuk area-area yang banyak dikunjungi orang seperti mal, cafe, atau kantor dimana pengunjung akan selau berganti dengan jumlah yang tidak tentu (dinamis), teknologi wireless sangat tepat digunakan.
Dalam implementasi di lapangan, sebelum perangkat Wireless Mikrotik dapat memberikan akses ke client di bawah nya, maka perangkat tersebut harus dapat menerima akses dari provider terlebih dahulu.
Konfigurasi Dasar Mikrotik
Langkah pertama yang harus dilakukan adalah konfigurasi dasar Mikrotik agar dapat menerima akses dari provider. Ada banyak metode yang bisa diterapkan, disesuaikan dengan metode distribusi yang diterapkan oleh provider. Langkahnya dapat mengikuti video tutorial berikut.
Distribusi Wireless
Ada 2 metode yang bisa digunakan dalam melakukan distribusi wireless ke arah client. Pertama dengan topologi point to point dan yang kedua adalah point to multipoint. Pada wireless Mikrotik ada banyak mode yang dapat digunakan untuk membangun jaringan wireless. Sebelumnya pernah dibahas pada artikel perbedaan mode wireless Mikrotik.
Point to Point
Biasa digunakan untuk pendistribusian akses ke arah perangkat wireless lain, misal dari NOC ke arah BTS atau dari NOC ke arah client dengan jarak cukup jauh, dimana client tidak bisa menangkap pancaran frekuensi NOC secara langsung.
Untuk dapat membangun jaringan point to point, pada perangkat Mikrotk dibutuhkan minimal RouterOS Lisensi Level 3, baik di sisi AP maupun Station. Pada umunya dalam topologi ini perangkat wireless hanya digunakan untuk bridging saja, sedangkan service dan manajemen langsung dilakukan di Router Utama.
Sisi AP
Untuk pengaturan pada sisi AP, kita bisa menggunakan mode=bridge dan dengan pengaturan Band, frekuensi dan SSID sesuai kebutuhan.
Sisi Client
Pengaturan sisi client/station menggunakan mode=station-bridge , sebab interface wireless ini nantinya akan di bridge.
Bridge
Agar service dari Router utama dapat sampai ke Client, maka lakukan bridging untuk interface wireless dan ethernet yang menuju ke jaringan di bawah.
Lakukan setting Bridge di kedua sisi, baik AP maupun Station.
Point to Multipoint
Biasa diterapkan untuk distribusi akses langsung ke arah client. Misal pada mal, cafe, kantor dsb dimana user menggunakan laptop / gadget untuk akses internet.
Sisi AP
Menggunakan Mikrotik dengan RouterOS Lisensi minimal Level 4. Setting dengan mode=ap-bridge dan sesuaikan band,frekuensi serta SSID sesuai kebutuhan.
Wireless Security
Agar jaringan wireless lebih aman dan tidak semua orang bisa terkoneksi, kita bisa menerapkan wireless security profile dengan WPA/WPA2
Arahkan agar wireless interface menggunakan security profile yang sudah dibuat sebelumnya.
Dengan begitu, jika terdapat user yang ingin terkoneksi ke wifi, akan muncul popup untuk input pre-shared-key / password.
Access List
Dalam hal manajemen, bisa digunakan juga access list untuk membuat manajemen wireless client berdasarkan MAC Address.
Dengan pengaturan tersebut tidak semua client bisa terkoneksi, hanya client dengan MAC Address yang sudah terdaftar pada Access-List yang dapat terkoneksi.
Hey! Satu topik yang menjadi syarat agar kamu bisa memahami jaringan komputer secara umum, yaitu subnetting. Saat belajar subnetting, kamu diajarkan caranya memetakan sebuah jaringan, dan alamat-alamat setiap perangkatnya.
Kalau tidak paham subnetting, mustahil bisa paham jaringan komputer.
Secara khusus, topik subnetting lebih dibahas di track routing-switching, karena track tersebut adalah dasarnya. Bagi kamu yang sedang belajar CCNA, kamu WAJIB‘paham’ subnetting.
Tingkat pemahaman yang saya maksud, adalah paham sepaham-pahamnya paham. Bisa luar kepala membayangkan jaringan seperti apa yang bisa dibentuk dengan alokasi address <sekian> untuk kebutuhan network dan host <sekian>.
Tanpa pakai ip calculator!
Sebelum kita lanjut ke pembahasan subnetting, ada 2 fakta tentang subnetting yang menarik untuk kamu ketahui:
Subnetting merupakan materi paling sulit nomor #1 di jaringan komputer, terutama CCNA Routing Switching.
Belajar subnetting butuh waktu berbulan-bulan, hingga bertahun.
Ah yang boneng bro? Beneran mas, cius.. saya tidak melebih-lebihkan.
#0. Pendahuluan: Subnetting Merupakan Materi Paling Sulit di CCNA Routing-Switching
Tahun lalu, di channel @belajarnetworking Telegram, ada postingan survey berbentuk polling (voting) mengenai materi CCNA yang paling sulit menurut subscriber.
Saat diagram diatas diambil, ada 1000 orang yang berpartisipasi di poll tersebut, dan sebanyak 388 orang menjawab bahwa subnetting adalah materi yang paling sulit di CCNA routing switching.
Perbedaannya sampai 39% dibanding materi-materi CCNA yang lain. Kalau kamu penasaran, silakan lihat langsung pollingnya melalui link ini.
Bagi saya pribadi, hasil vote diatas agak menarik. Saya mungkin tidak merasa kesulitan saat belajar subnetting, sebab ketika kuliah, kami sudah belajar perhitungannya.
Tapi saat sudah belajar CCNA bener-bener, saya baru sadar kalau sebenernya saya juga belum paham tentang subnetting. Nah loh, padahal.. sudah bisa menghitung subnetting. Why?
Dah.. intinya. Kalau ini adalah kali pertamanya kamu belajar subnetting. Jangan khawatir.
Disini saya akan membantu kamu belajar subnetting, mulai dari mengenal konsepnya, tata cara perhitungannya, dan penerapannya di jaringan komputer nyata. InsyaAllah, sampai mahir.
Tapi, ada tahapannya dan agak lama. Gimana?
Kalau masih tertarik, mari kita mulai.
#1. Tahapan Belajar Subnetting (Dari Nol Sampai Mahir)
Lagi-lagi, saya akan katakan bahwa belajar subnetting itu membutuhkan proses yang sangat panjang, berbulan-bulan bahkan bisa bertahun. Supaya terbayang gambarannya, berikut ini tahapan belajar subnetting.
a. Prerequisites (prasyarat) Syarat dasar sebelum belajar subnetting
Karena subnetting termasuk materi yang advance, jadi tidak bisa langsung dipelajari tanpa memahami dasar-dasar jaringan komputer terlebih dahulu. Intinya, belajarnya harus berurutan.
Kamu harus sudah tahu gambaran dasar jaringan komputer. Jika belum paham, silakan baca dasar internetworking, disitu akan dibahas perbedaan mendasar mengenai kinerja switch dan router.
Setelah itu kamu harus sudah paham susunan hirarki perangkat di topologi, dari access, distribution, core, dan WAN juga remote networknya. Ini bisa kamu lihat gambarannya di jaringan enterprise.
Kemudian kamu harus sudah paham bagaimana perangkat-perangkat di jaringan komputer saling bekerja, mengikuti aturan networking model, yaitu TCP/IP modeldan OSI model.
Kalau belum paham materi-materi yang saya sebutkan diatas, tidak usah lanjutkan membaca tulisan ini. Percuma, cuma buang-buang waktu kamu saja. Karena kamu ga akan paham.
b. Tahapan awal belajar subnetting #basic
Saat ini kita berada di tahapan awal belajar subnetting, kamu harus sudah paham dasar IP, jenis-jenis IP address, dan bagaimana struktur alamatnya, dst. Silakan baca penjelasan tentang IP Address kalau belum paham.
Sekali lagi, kalau belum paham dasar IP address, gausah lanjut baca materi ini. Kamu ga bakalan paham.
Di materi ini kita akan membahas lagi lebih dalam mengenai porsi network address, dan host address. Diawali dengan mengenal metode CIDR (classless inter-domain routing). Dilanjutkan dengan tahapan-tahapan membuat subnet.
Lalu belajar perhitungan subnetting FLSM (fixed length subnet mask). Setelah itu materi akan dilanjutkan konsep dasar IP routing, dan konfigurasi static routing. Disini kita akan mempraktikan FLSM untuk lab-lab tersebut.
c. Tahapan lanjutan belajar subnetting #advance
Di tahapan lanjutan belajar subnetting, kamu sudah paham bener konsep routing statis dan dinamis, juga switching (termasuk VLAN). Disini biasanya kita harus banyak-banyak latihan dengan lab yang besar.
Lab yang saya rekomendasikan adalah CCNA exploration (di bagian ip routing concepts and protocol). Ada puluhan lab yang keren-keren, kamu akan disuruh ngitung VLSM dan route summarization terus-terusan sampai benar-benar terbiasa.
Intinya disini kemampuan kamu sudah lebih ke penerapan ip addressing yang lebih kompleks. Akan lebih menarik jika networknya memiliki VLAN dan kasus-kasus seperti network summarization, network overlap, dan lain sebagainya.
Baiklah, tahapan belajar subnetting diatas sudah saya singkat karena nyatanya akan lebih panjang. Namun perlu saya sampaikan karena banyak yang belum paham konsep dasar, belum paham subnetting, udah ngelab jauh jauh ke private VLAN, qinq, BGP, MPLS, dsb.
Serius. Jangan seperti ini. Sayang banget waktunya.
Intinya, belajarlah secara sistematis, jangan ikuti ego dan terburu-buru, sayang waktunya jika terbuang percuma. Lebih baik sedikit namun dipahami.
Mari kita mulai materinya.
#2. Konsep Dasar Subnetting
Sekedar mencerahkan ingatan, di materi sebelumnya mengenai IP address, kita sudah tau range IP address berdasarkan kelasnya yakni kelas A, kelas B,dan kelas C.
Ambil range ip address kelas C, yang paling sedikit jumlah hostnya, maka network yang kita buat jadi seperti ini:
Gambar diatas hanya ilustrasi, sebab switch pada umumnya tidak sampai 250-an port. Jadi sebenarnya ada beberapa switch disitu. Tapi tetap saja, masalahnya… ada sebuah broadcast domain di network tersebut!
Satu broadcast domain yang luas sangat buruk untuk performa network. Kalau belum paham tentang broadcast domain dan collision domain, silakan baca dulu penjelasannya disini dan disini.
Karena itu, network tersebut bisa kita pecah lagi menjadi beberapa network, jadi seperti ini. (cara perhitungan subnettingnya akan kita pelajari dibawah).
(Butuh router untuk memecah broadcast domainnya, ya kan?)
Jadi, dari satu network dengan sebuah broadcast domain yang lebar, kita pecah-pecah menjadi (contoh) 4 broadcast domain.
Maka subnetting adalah subdivided network, yaitu (yang sebenarnya) adalah sebuah network, yang dibagi-bagi lagi menjadi beberapa network.
Saya tebali kata ‘sebuah network’, karena pada penerapannya nanti, network yang sudah disubnet tadi, ketika dirouting dari network yang lain, alamatnya tetap ‘network utama’ nya. Bukan subnetnya.
Maksudnya seperti ini.
Network yang tadi (192.168.100.0/24), saat dirouting dari network lain, tetap saja ke /24, bukan /26 yang sudah disubnet. Dalam penggunaanya, network utama ini sering disebut dengan global space address.
Kecuali memang yang ingin dirouting hanya subnetnya saja, jadi saat routing di Router B atau Router C, destination networknya adalah spesifik ke salah satu subnet /26 diatas.
Itu sedikit gambaran saja mengenai route summarization yang akan kita bahas di bab berikutnya.
Balik lagi ke konsep dasar subnetting tadi, mudah-mudahan sudah paham ya. Jangan pusingin dulu mengenai perhitung subnetting, dibawah akan saya jelaskan.
#3. Tahapan Membuat Subnet
Sebelum belajar perhitungan subnetting, kamu perlu tahu tahapan-tahapan apa saja yang perlu dilakukan untuk membuat subnet. Biar engga bingung.
Mungkin.. dari topologi diatas, kamu bertanya-tanya, kenapa topologinya seperti itu? Apa aturan membuat subnet? Alamat networknya ngasal saja apa gapapa mas?
Sekilas memang ketika melihat orang mensubnet networknya, asal saja. Namun sebenarnya, ada tahapannya. Secara garis besar, ada 3, yaitu:
Ketahui jumlah network address (network ID) yang dibutuhkan.
Satu untuk setiap subnet LAN
Satu untuk setiap subnet WAN
Jumlah ip address (host ID) yang dibutuhkan tiap subnet.
Satu untuk setiap TCP/IP host
Satu untuk setiap interface router/switch
Tentukan network keseluruhan, subnet, dan range IP tiap subnet.
Subnet mask unik untuk network keseluruhan
Subnet ID unik untuk setiap segmen fisik
Range IP address tiap subnet
Mari kita bahas satu persatu tahapan membuat subnet diatas.
Note: saya akan gunakan contoh yang ‘sedikit kompleks’ bagi pemula. Tujuannya semata-mata hanya untuk memberi gambaran jaringan yang biasa dikerjakan di lab-lab subnetting CCNA RS.
a. Pertama: Menentukan Network ID
Jaringan bisa saja agak kompleks yang memiliki beberapa zona misal internet, extranet, DMZ, intranet, dan lain sebagainya. Tapi sederhananya kita bagi saja atas WAN dan LAN.
Nah ketika membuat subnet, network LAN dan network WAN ini dipisahkan pensubnetannya. Seperti ini:
Lihat link WAN berwarna merah, dan link LAN berwarna ungu. Disamping itu ada juga link menuju ke ISP, tapi ini tidak kita bahas lebih lanjut. Karena prosedurnya beda lagi, kamu harus menyewa IP space ke ISP.
Sedangkan untuk private IP address, pemilihan alamatnya terserah kita sendiri. Patokannya, ukuran IP Address yang sudah kita bahas sebelumnya, ingat 2 hal ini:
Kelas IP address apa yang jumlah network addressnya banyak, namun jumlah host addressnya sedikit.
Sebaliknya.
Lalu sesuaikan dengan kebutuhan.
Disarankan untuk network LAN dan WAN berbeda kelas IP, namun sama juga tidak apa, asal… jaraknya atau range IP nya tidak berdekatan sehingga kalau ada pengembangan kedepannya tidak menjadi masalah (kita skip sejenak bagian ini).
b. Kedua: Banyaknya IP (Host ID) Setiap Subnet
Langkah kedua membuat subnet adalah mengetahui berapa banyak IP address yang dibutuhkan untuk LAN dan WAN. Nah yang butuh IP address kan perangkat-perangkat host (ex: client, server, dll) lalu perangkat network (switch, router, dll).
Misalnya di perkantoran atau sekolah, harus dihitung berapa banyak komputer, gadget, dan perangkat-perangkat network atau server yang ada.
Setelah jumlahnya diketahui, maka gambarkan lagi topologinya kira-kira seperti ini:
Sekarang topologinya sudah dilengkapi dengan jumlah kebutuhan IP tiap host di jaringan LAN dan WAN, serta saya tambahkan notasi interface router dan switch karena akan dipasangi IP address.
Mari kita coba hitung kebutuhan IP address diatas.
WAN subnet, total 6 ip address
LAN subnet, total 222 ip address
Client butuh total 210 ip address
Interface router dan switch butuh total 12 ip address
Perhatikan topologinya, saya juga mengalokasikan ip untuk switch (virtual) interface atau SVI atau interface VLAN untuk kebutuhan management. Silakan baca konfigurasi telnet dan SSH switch cisco IOS pada bagian akhir.
Router dan beberapa perangkat juga ada yang menyediakan interface management. Biasanya di jaringan yang komplek, network management disegmentasi lagi, dibuat subnet khusus untuk management.
c. Ketiga: Tentukan Network Keseluruhan, Subnet, dan Range IP Tiap Subnet
Kita sampai pada tahapan terakhir membuat subnet. Dari 2 langkah diatas, kita sudah bedakan jaringan tadi atas LAN dan WAN. Kita juga sudah menghitung berapa total IP address yang dibutuhkan.
Nah dari total IP address yang dibutuhkan tersebut, disinilah kita menentukan alamat network keseluruhan (untuk LAN, dan WAN).
Kira-kira berapa? Tenang saja, dibawah akan kita pelajari cara menghitung subnetting. Ingat 2 hal ini.
Tentukan kelas IP address yang mau digunakan. Ingat materi IP address sebelumnya.
Alokasikan alamat network yang cukup untuk masa mendatang, manakala ada penambahan.
Silakan perhatikan gambar dan alamat IP address yang sudah saya alokasikan.
Gimana? Saya yakin kalau kamu benar-benar baru belajar subnetting, pasti pusing lihatnya. Disini saya tidak bermaksud mempersulit pemikiran kamu, hanya memberi gambaran saja.
Step by step perhitungannya akan kita bahas pelan-pelan. Materi masih panjang. Silakan disruput kopinya.
Meski kebutuhan IP address untuk LAN hanya 200 sekian, saya alokasikan sebanyak 512 ip address space (dengan /23).
Begitu juga dengan WAN, saya alokasikan sebanyak 16 space ip address (dengan /28).
Itu masih network address untuk network keseluruhan.
Kemudian tiap Headquarter dan Branch memiliki masing-masing 2 segment LAN dengan jumlah host yang berbeda-beda. Paling banyak ada 120 host.
Maka saya alokasikan tiap subnet LAN HQ dan Branch dengan space ip address sebanyak 128 dengan /26. Semuanya saya buat sama besar.
Teknik ini dikenal dengan FLSM (fixed length subnet mask). Di bab berikutnya kita juga akan belajar mengenai VLSM (variable length subnet mask) yang rangenya menyesuaikan kebutuhan host.
Dalam penerapannya, skema ip address diatas dibuat dalam bentuk tabel (sheet) dengan microsoft excel atau librecalc untuk memudahkan pengelolaan.
Okelah. Sampai disini harapan saya kamu sudah memiliki gambaran mengenai tahapan-tahapan membuat membuat subnetting.
Mari kita lanjutkan materinya.
Pertama: kamu harus paham dulu tentang subnet mask.
#4. Penjelasan Tentang Subnet Mask
Ketika packet dikirim, si pengirim akan memeriksa dulu alamat ip tujuan packet, juga subnet masknya. Subnet mask dibutuhkan untuk mengetahui alamat tersebut termasuk ke subnet yang mana.
Alasan lainnya, ada situasi dimana alamat IP sama, namun networknya berbeda, karena subnet masknya berbeda. Maka di kasus ini kita harus menyertakan subnet mask di pengaturan ip address.
Jika subnet mask tidak disertakan, maka alamat tersebut diasumsikan menggunakan default subnet mask, atau kita kenal dengan kaidah classful address.
Kelas IP
Format
Subnet Mask Default
A
network.node.node.node
255.0.0.0
B
network.network.node.node
255.255.0.0
C
network.network.network.node
255.255.255.0
Contoh: jika subnet mask tidak dispesifikasikan.
Dari subnet mask kita bisa mengetahui berapa lebar network tersebut, berapa banyak host yang berada di network tersebut. Dibawah kita akan hitung-hitungan.
Sekarang.. ini yang perlu kamu pahami baik-baik.
Sederhananya, subnet mask adalah banyaknya jumlah bit yang bernilai 1 di porsi network.
Contoh subnet mask 255.255.255.0 (kelas C) berarti ada 24 network bit yang bernilai 1 (on), di oktet pertama, kedua dan ketiga. Sedangkan 8 bit sisanya, di oktet keempat, bernilai 0 (off), untuk host address.
Jika kita konversikan menjadi bilangan biner, jadinya seperti ini: 11111111.11111111.11111111.00000000. Silakan dihitung berapa jumlah bit yang bernilai 1 atau “on”.
Ada 24, ya kan? Maka ini juga disebut dengan /24 (notasi cidr), kita bahas dibawah. Dengan bilangan desimal maka tertulis subnet masknya adalah 255.255.255.0.
Silakan kamu konversikan subnet mask kelas B dan kelas C diatas menjadi nilai biner.
Di awal belajar subnetting, kamu perlu membiasakan mengkonversi subnet mask menjadi bilangan biner, lalu hitung nilai bitnya dengan metode perpangkatan.
So, kamu harus mengingat nilai perpangkatan 2. Ini akan kamu butuhkan terus menerus untuk mengetahui porsi network dan porsi host dari sebuah alamat IP.
2^1 = 2
2^9 = 512
2^2 = 4
2^10 = 1,024
2^3 = 8
2^11 = 2,048
2^4 = 16
2^12 = 4,096
2^5 = 32
2^13 = 8,192
2^6 = 64
2^14 = 16,384
2^7 = 128
2^15 = 32,768
2^8 = 256
..dst
Misal tadi 192.168.100.0 subnet mask 255.255.255.0, ada 8 bit porsi host yang tersedia, berarti 2^8. Maka lebar hostnya adalah 256. Ini juga kadang disebut dengan block size.
Saya yakin ini tidak sulit dipahami, kamu cuma perlu ingat kelipatan 2 saja. Misalnya kamu sudah ingat kalau 2^8 adalah 256, tentunya kamu tahu kalau 2^9 adalah 512 atau 2^7 adalah 128.
Tinggal kali 2, atau bagi 2, seterusnya seperti itu.
Nilai bit host dan bit network ini selalu saling berkaitan, jika ada 24 bit network, pasti ada 8 bit host. Jika ada 27 network bit, maka 5 bit sisanya adalah bit host. Gitu terus. Karena lebar totalnya adalah 32 bit.
Biar makin nyambung perhitungannya, mari kita bahas CIDR.
#5. Memahami Metode CIDR (Classless Inter-Domain Routing)
Jika dulu, semua pengalamatan IP berdasarkan kaidah classful (kelas A, kelas B, dan kelas C), sekarang tidak lagi.
Tahun 1992, IETF mengganti metode alokasi ip address diatas dengan Classless Inter-Domain Routing (CIDR), bisa kamu lihat di RFC 1338 dan RF 1519.
CIDR dalam penerapannya diawali dengan case ISP dalam mengalokasikan IP public ke pelanggan mereka. Nah karena jika semuanya bersifat classful, tentu ip address akan cepat habisnya. (Bisa digunakan untuk ip private).
Dengan CIDR, alamat network tidak lagi harus classful, bisa menggunakan subnet mask manapun (ada ketentuannya dibawah). Kemudian di CIDR kita mengenal notasi slash (/).
Contohnya 192.168.100.0/24, artinya ada 24 bit porsi network. Jika 192.168.100.0/29 berarti ada 29 bit porsi network, dan seterusnya.
Berikut tabel CIDR beserta jumlah host di setiap nilai subnet-mask / cidr nya.
Tabel tersebut kita sebut juga dengan “Classless IPv4 Address Allocation”. Ingat yang sudah saya jelaskan diatas, CIDR tidak lagi mengikuti kaidah classfull address.
Tapi, ada ketentuannya. Berikut ketentuan penggunaan CIDR.
/8 sampai dengan /15 hanya bisa digunakan oleh kelas A
/16 sampai dengan /23 hanya bisa digunakan oleh kelas A dan kelas B
/24 sampai /30 bisa digunakan oleh kelas A, kelas B, dan kelas C
Perusahaan-perusahaan besar lebih memilih menggunakan ip address kelas A. Karena dengan kelas A, semua subnet mask bisa digunakan. Network yang bisa dibuat juga lebih banyak.
Di cisco IOS, umumnya kita tidak bisa mengkonfigurasi IP address dengan notasi slash (/), jadi harus menggunakan subnet mask. Tidak masalah, toh sama saja kan, yang penting kamu paham /sekian subnet mask nya berapa.
Sampai disini, sudah paham kan mengenai penjelasan tentang subnet mask? Agar lebih matang lagi, mari kita lanjut ke hitung-hitungan.
#6. Perhitungan Subnetting
Akhirnya.. setelah panjang membahas konsep subnetting, subnet mask, dan CIDR, sekarang mari kita belajar cara menghitung subnetting.
Menghitung subnetting adalah kemampuan dalam menentukan kelas IP dan subnet mask yang dibutuhkan.
Ingat lagi tahapan diatas. Intinya kan, kita harus tahu dulu network yang ingin dibangun seperti apa. Totalnya ada berapa perangkat dan berapa user yang butuh ip address.
Jika kebutuhan network sudah diketahui, maka kita tinggal menentukan subnet mask nya. Selesai. Nah jika network tersebut ingin disubnet atau dibagi-bagi lagi, 5 hal berikut perlu kamu pahami:
Berapa subnet yang bisa disediakan dari subnet mask tersebut?
Berapa host yang valid dari setiap subnet?
Berapa block size tiap subnet?
Apa alamat broadcast dari setiap subnet?
Berapa range host yang valid dari setiap subnet?
“Materi perhitungan subnetting berikut sebagian besar bersumber dari buku ‘Todd Lammle – CCNA Routing Switching Complete Study Guide’ karena menurut saya paling lengkap dan simpel”.
# Rumus Dasar Menghitung Subnetting
Oh ya, cara menghitung subnetting setiap orang bisa saja berbeda. Tapi dasarnya adalah 5 diatas, nanti ketika sudah lancar, kamu bahkan lupa sendiri rumusnya. Sudah luar kepala.
Ada berapa subnet? » 2^x x adalah jumlah bit 1 di subnet mask. Misalnya 1100000, yang bernilai 1 ada 2, berarti 2^2 = ada 4 subnet yang bisa dibentuk.
Berapa host per subnet? » 2^y – 2 y adalah jumlah bit 0 di subnet mask. Misal 11000000, yang bernilai 0 ada 6, berarti 2^6 – 2 = ada 62 host setiap subnet. Dikurang 2 untuk alamat subnet (network) dan alamat broadcast.
Block size tiap subnet? » Subnet mask – 256 Misal subnet masknya 255.255.255.192 maka 192 – 256 = besarnya block size tiap subnet adalah 64. Kita sebut juga increment size, atau besar intervalnya adalah 64, menjadi 0, 64, 128, 192.
Alamat broadcast tiap subnet? Gampang ini mah. Kan sudah tahu tadi alamat subnet-subnetnya 0, 64, 128, 192. Alamat broadcast subnet 0, adalah 64-1= 63. Tinggal dikurang 1 dari alamat subnet berikutnya. Gitu juga subnet 64, alamat broadcastnya adalah 127, dan seterusnya dan seterusnya.
Range host yang valid tiap subnet? Alamat valid yang bisa digunakan di tiap subnet. Misal, jika 64 adalah subnet address (network address)nya, 127 adalah broadcast addressnya. Maka range host addressnya yang valid adalah dari 61 (first host/lower address) sampai dengan 63 (last host/highest address).
Dah.. kalau kamu masih terbata-bata disini, tidak perlu khawatir. Seperti saya katakan diawal, belajar subneting butuh dedikasi waktu. Harus sering-sering latihan menghitung subnetting juga.
Mari kita lanjut dengan menghitung subnetting kelas C, kelas B, dan kelas A sampai terbiasa.
a. Menghitung Subnetting Kelas C
Bit subnet kita hitung dari kiri ke kanan. Di kelas C, hanya ada 8 bit porsi host, diambil dari oktet ke 4. Seperti berikut.
Biner
Desimal
CIDR
00000000
255.255.255.0
/24
10000000
255.255.255.128
/25
11000000
255.255.255.192
/26
11100000
255.255.255.224
/27
11110000
255.255.255.240
/28
11111000
255.255.255.248
/29
11111100
255.255.255.252
/30
Kita tidak bisa menggunakan /31 dan /32, karena setidaknya kita membutuhkan minimal 2 untuk host, 1 untuk alamat network dan 1 untuk alamat broadcast.
Berdasarkan RFC 3021, /31 bisa digunakan untuk p2p, tapi ini diluar scope bahasan kita kali ini.
Ingat ya, class C memiliki lebar 256 bit host. Bisa kita pakai 254 ip address untuk dialokasikan, 2 diantaranya digunakan untuk alamat network dan alamat broadcast.
Itu.. dengan catatan 1 network. Nah kalau mau dipecah-pecah lagi menjadi beberapa network, mari kita hitung subnet yang bisa kita buat.
#1C: Subnetting 255.255.255.128 (/25)
Contoh alamat networknya adalah 192.168.100.0/25 atau dengan subnet mask 255.255.255.128. Lihat oktet terakhir (128), jika diubah menjadi binari maka hasilnya adalah 1000000.
Mari kita hitung sesuai rumus menghitung subnetting diatas:
Berapa subnet yang bisa dibentuk? 2^X(nilai bit yang on), dari 1000000, hanya 1 yang on. Berarti 2^1 = 2 subnet (ingat angka ini baik-baik).
Jumlah host tiap subnet? 2^Y(nilai bit yang off)-2. Dari 1000000 ada 7 bit yang off, berarti 2^7-2 = 126 host setiap subnetnya.
Block size atau alamat-alamat subnet dibentuk = 256 – 128(subnet-mask), hasilnya adalah 128. Ingat ya, subnet pertama dimulai dari 0, maka subnet kedua adalah 128. Cuma itu, 0 dan 128. Totalnya 2 subnet, ya kan?
Alamat broadcastnya: subnet 0 adalah 127, dan alamat broadcast subnet 128 adalah 255. Inget lagi rumus diatas 🙂
Host yang valid: subnet 0 adalah dari 1 sampai 127, dan host yang valid subnet 128 adalah dari 129 sampai 254.
Selesai, hanya ada 2 subnet. (Kalau diteruskan dari alamat broadcast subnet 128, maka jadi network selanjutnya, yaitu 192.168.101.0). Biasanya yang baru belajar akan bingung dimana angka 256.
Ingat ya, nilai 256 tidak ada di ip address v4. Menghitungnya dari 0, sampai 255. Jika sampai 256, maka dia akan menambahkan nilai di subnet sebelah kirinya.
Agar lebih terbayang, kira-kira seperti ini topologi subnet yang barusan kita hitung. Ada 2 subnet yang bisa dibuat dari total /24, menggunakan /25.
Nice! Dari kelas C (total 256 porsi host) tadi, kita sudah bisa membaginya menjadi 2 subnet, dengan menggunakan /25. Mari, dilanjut.
#2C: Subnetting 255.255.255.192 (/26)
Sekarang, mari kita hitung subnetting dengan alamat network 192.168.100.0 subnet mask 255.255.255.192 atau /26. Binarinya adalah 110000.
Jumlah subnet: 2^2 = 4 subnet yang bisa dibentuk. Ada 2 bit yang on, dari 11000000.
Jumlah host tiap subnet: 2^y-2 = 62 host. Ada 6 bit yang off dari 11000000 maka 2^6 = 64 – 2 (untuk network dan broadcast), berarti 62.
Block size dan alamat-alamat subnet yaitu 256-192 = 64. Kelipatan 64. Berarti 0, 64, 128, 192. Total ada 4 subnet.
Alamat broadcast masing-masing subnet: 63, 127, 191, dan 255.
Host subnet yang valid: 1-62, 65-126, 129-190, dan 193-254.
Perhatikan pola alamatnya. Tinggal kurang 1 atau tambah 1 dari subnet selanjutnya atau dari broadcast, terserahh… yang mana kamu suka. Gampang kan? Gampang kok!
Kalau kita buat topologi networknya, kira-kira jadi seperti ini.
Misal, kamu hanya butuh 3 network, karena memang cuma ada 3 departement. Maka penggunaan /26 sudah cocok. Karena pakai /25 akan kurang.
Masih lebih 1 subnet kan? Tidak masalah sebab ketika melakukan subneting disarankan memang ada spare/cadangan network yang kosong.
#3C: Subnetting 255.255.255.224 (/27)
Selanjutnya alamat network 192.168.100.0 dengan subnet mask 255.255.255.224 atau /27. Binari porsi hostnya adalah 11100000.
Jumlah subnet: 2^3 = 8 subnet. Ada 3 bit yang bernilai 1 atau on: 11100000.
Jumlah host tiap subnet: 2^5-2= 30 host. Ada 5 bit yang bernilai 0 atau off: 11100000.
Block size, atau interval tiap subnet: 256-224=32. Berarti subnet-subnetnya adalah 0, 32, 64, 96, 128, 160, 192, 224. Total ada 8 subnet.
!!Challenge Sekarang giliran kamu, coba silakan gambarkan topologi yang bisa dibentuk dengan tabel subnet diatas. Jumlah router, switch, terserah.
Begitu juga jumlah subnetnya, terserah (asal tidak kurang). Hasilnya bisa submit di komentar bawah.
#4C: Subnetting 255.255.255.240 (/28)
Alamat 192.168.100.0 dengan subnet mask 255.255.255.240 atau /28. Dengan nilai biner porsi hostnya 11110000.
Biasanya orang jarang berurusan dengan subnet 112, 144, dllnya (cari sendiri), karena itu, jarang yang terbiasa. Silakan kamu buat tabel subnettingnya di sheet app (excel, calc, etc), minimal 1 atau 2x.
#5C: Subnetting 255.255.255.248 (/29)
Banyak yaah. Kita bahas satu persatu. Sekarang network 192.168.100.0 dengan subnet mask 255.255.255.248 atau /29. Binari porsi hostnya adalah 11111000.
Jangan bingung menghitung binari hostnya. Ingat, kalau /29, kan ada 29 bit yang on. Tapi karena kita bermain di class C, sampai oktet ketiga sudah on. Berarti sudah ada 24 binari.
Agar sampai ke 29, tinggal on-kan 5 binari di oktet ke empat. Oh ya, silakan buat subneting tabel dan topologi yang bisa dibentuk.
#6C: Subnetting 255.255.255.252 (/30)
Terakhir, alamat 192.168.100.0 dengan subnet mask 255.255.255.252 atau /30. Binari di porsi hostnya: 11111100.
Siapa pula yang mau mensubnet network kelas C dengan /30. Ada banyak network (subnet) hingga 64, sementara hostnya cuma ada 2. Ya kan?
Jawabannya, ada. Tapi tidak untuk koneksi LAN, melainkan WAN, yang biasanya digunakan ISP untuk memberi koneksi point-to-point ke client mereka. Jadi .. jauh lebih hemat.
Selesai dengan kelas C. Berikut rangkumannya.
Ingat yah, kamu harus terbiasa dengan CIDR yang barusan kita hitung diatas. Sangat sering digunakan untuk lab-lab CCNA dan network small to medium di lapangan.
b. Menghitung Subnetting Kelas B
Dengan kelas B, subnet yang bisa dibuat lebih banyak dibanding kelas C. Kita bisa menggunakan sebanyak 14 bit untuk subneting di kelas B.
… atau 14 buah cidr, seperti berikut.
Subnet Mask
CIDR
Subnet Mask
CIDR
255.255.0.0
(/16)
255.255.255.0
(/24)
255.255.128.0
(/17)
255.255.255.128
(/25)
255.255.192.0
(/18)
255.255.255.192
(/26)
255.255.224.0
(/19)
255.255.255.224
(/27)
255.255.240.0
(/20)
255.255.255.240
(/28)
255.255.248.0
(/21)
255.255.255.248
(/29)
255.255.252.0
(/22)
255.255.255.252
(/30)
255.255.254.0
(/23)
Kita bisa pakai cidr dari /16 sampai dengan /30, ada 14, ya kan? Dari /16 ke /23, adanya di oktet ke tiga. Dari /24 sampai /30, adanya di oktet ke 4 (seperti kelas C sebelumnya).
Oh iya, saat kita mensubnet kelas B, artinya kita memiliki space address /16, lalu dipecah (disubnet). Bukan masing-masing networknya /16.
Sama seperti kelas C diatas, berarti kita punya space address /24, totalnya. Mau dibuat menjadi 2 subnet, berarti pakai /25. Mau dibuat 4 subnet, berarti pakai /26. Gitu seterusnya.
… bingung? Di konsep subneting awal sudah saya jelaskan dengan topologi.
Ayo kita mulai latihan hitung subnetting kelas B.
#1B: Subnetting 255.255.128.0 (/17)
Alamat network: 172.16.0.0, subnet mask: 255.255.128.0. Nilai binari (dari oktet ke 3 sampai dengan oktet ke 4): 1000000.000000.
Jumlah subnet: 2^1 = 2 subnet. (Sama seperti /25 di kelas C).
Host tiap subnet: 2^15-2 = 32,776 host. (7 bit di oktet 3, 8 bit di oktet 4).
Interval subnet: 256-128 = 128. Subnet 0.0 dan subnet 128.0. Total ada 2 subnet, ya kan? Lihat tabelnya.
Subnet
0.0
128.0
First host
0.1
128.1
Last host
127.254
255.254
Broadcast
127.255
255.255
Contoh kali ini agak berbeda. Seperti saya katakan diatas, jika sudah sampai 256, maka dia akan pindah ke oktet sebelah kiri.
Perhatikan nilai 127.255 broadcast. Jika diteruskan kan maka jadi subnet selanjutnya yaitu 128.0 (ingat, bukan 127.256). Mirip sih dengan /25. Cuma karena pindah oktet saja.
Biasanya orang terbiasa dari hitungan /24 sampai /30. Jika sudah dibawah itu, kita bingung
Tips: Gunakan cara mengingat dengan penambahan nilai 8. Misal, /17 kelipatannya mirip dengan /25. (Ingat: 17+8). Cuma pindah oktet.
#2B: Subnetting 255.255.192.0 (/18)
Alamat network: 172.16.0.0, subnet mask: 255.255.192.0 atau /18. Binarinya 11000000.000000.
Interval subnet: 256-224 = kelipatan 32, di oktet ke 3.
#4B: Subnetting 255.255.240.0 (/20)
Alamat network: 172.16.0.0, subnet mask: 255.255.240.0 atau /20. Binarinya 11110000.00000000.
Jumlah subnet: 2^4 = 16 subnet.
Host tiap subnet: 2^13-2 = 4094 host tiap subnet.
Interval subnet: 256-240 = kelipatan 16.
Silakan kamu buat tabel versi lengkapnya.
#5B: Subnetting 255.255.255.248.0 (/21)
Alamat network: 172.16.0.0, subnet mask: 255.255.24080 atau /21. Binarinya 11111000.00000000.
Jumlah subnet: 2^5 = 32 subnet.
Host tiap subnet: 2^11-2 = 2046 host.
Interval subnet: 256-248 = kelipatan 8, dari 0, 8, 16, … sampai dengan 248.
#6B: Subnetting 255.255.255.252.0 (/22)
Alamat network: 172.16.0.0, subnet mask: 255.255.252.0 atau /22. Binarinya 11111100.00000000.
Jumlah subnet: 2^6 = 64 subnet.
Host tiap subnet: 2^10-2 = 1022 host.
Interval subnet: 256-252 = kelipatan 4. Dari 0, 4, 8, 16, 20, … sampai dengan 252.
#7B: Subnetting 255.255.255.254.0 (/23)
Alamat network: 172.16.0.0, subnet mask: 255.255.254.0 atau /23. Binarinya 11111110.00000000.
Jumlah subnet: 2^7 = 128 subnet.
Host tiap subnet: 2^9-2 = 510 host.
Interval Subnet: 256-254 = kelipatan 2. Dari 0, 2, 4, 6, 8, 10, hingga 254.
#8B: Subnetting 255.255.255.0 (/24)
Alamat network: 172.16.0.0, subnet mask: 255.255.240.0 atau /24. Binarinya 11111111.00000000.
Jumlah subnet: 2^8 = 256 subnet.
Host tiap subnet: 2^8-2 = 254 host.
Interval subnet: 256-255 = block sizenya 1. Dari subnet 0, 1, dan seterusnya hingga 255.
Ya, kamu bisa subnet network kelas B hingga sampai /30. Diatas sudah kita bahas ketentuannya. Kelas B bisa menggunakan cidr dari /30 hingga /16.
Sampai sini, dengan /24 di kelas B, kamu bisa punya 256 network subnet yang bisa dibentuk. Masing-masing subnetnya bisa diisi sebanyak 254 host.
Mari kita lanjut ke perhitungan subnetting ip address kelas A.
c. Menghitung Subnetting Kelas A
Dari contoh-contoh subnetting kelas B dan kelas C diatas, tidak jauh berbeda dengan subnetting di kelas A. Hanya saja perhitungan subnetting kelas A bisa sampai oktet ke 2.
Karena dengan kelas A, kita bisa menggunakan cidr /15 hingga /8.
Kalau kamu mau mensubnet kelas A di oktet ke 3, gunakan cidr /16 sampai /23. Kalau mau mensubnet di oktet ke 4, gunakan cidr /24 sampai dengan /30. Ini yang sering digunakan di jaringan medium to high.
Saya juga tidak akan menjabarkan perhitungan subnetting di cidr /8 hingga /16. Nanti panjang banget, lagian kan, sama saja.
Jumlah subnet, dan intervalnya sama. Secara pattern. Namun jumlah hostnya berbeda.
Contoh: alamat 10.0.0.0 dengan subnet mask 255.192.0.0 atau /10. Berarti binarinya adalah 11000000.00000000.00000000. Jumlah subnet dan interval atau block sizenya sama dengan /18 atau /25. Hanya saja dia di oktet kedua. Paham kan sampai disini?
Kemudian perhitungan hostnya juga berbeda, sebab nilai bit yang off, lebih panjang, yaitu 22 bit. Berarti 2^22-2 = 4,194,304 host setiap subnetnya.
#7. Tips Mudah Menghitung Subnetting
Cara-cara perhitungan subnetting yang sudah saya jelaskan diatas adalah cara umum yang biasa digunakan orang ketika beru belajar subnetting. Setelah itu, caranya bisa saja berubah.
Biasanya.. tiap masing-masing orang memiliki teknik sendiri dalam menghitung subnetting. Saya pribadi, menggunakan ‘tabel sakti subnetting’. Seperti ini:
Kalau kamu perhatikan, ada kesamaan block size dan subnet mask di tabel tersebut. Hanya beda peletakan oktetnya saja. (Ingat hukum + dan – angka 8 yang diatas saya singgung).
Tabel diatas, suka saya sebut dengan tabel sakti, atau tabel malas, atau tabel bodoh-bodoh. Tapi.. ampuh kok. Mendinglah daripada pake ip calculator!
Kamu hanya perlu terbiasa dengan /24 hingga /30. Dibawah itu, tinggal kurangkan dengan angka 8. Block size dan masknya akan sama.
Tips: saat ujian CCNA Karena CCNA cukup sulit bagi mayoritas orang, saat memasuki ruang ujian, kamu boleh membuat tabel subneting sendiri. Biar nanti tidak lagi repot menghitung ulang.
Tips lainnya, tergantung kamu. Bisa ikutin tabel diatas, atau bikin tabel sendiri yang lebih nyaman. Selanjutnya biar lebih paham, mari kita quis subnetting.
Terserah, intinya. jangan sekali-kali bergantung dengan ip calculator kalau masih belajar subnetting!
#8. Mengetahui Network Dari Sebuah IP Address
Saat belajar subnetting, banyak sekali contoh-contoh pertanyaan subnetting. Gitu juga saat ujian. Sebagai bahan latihan, kamu bisa kunjungi website ini. Sangat bagus untuk melatih kemampuan subnetting.
Disini saya hanya membahas satu saja, yaitu cara mengetahui alamat network dari sebuah ip address.
Karena ini sangat sering di lapangan. Ketika troubleshoot atau assesment, kita kadang harus mencari tau, IP sekian, adanya di network mana ya. Terhubung ke perangkat mana ya, dll.